<data:blog.pageName/> | <data:blog.title/> <data:blog.pageTitle/> var titletext=" Gisela Bianca's Diaries"; // TITLEBAR TEXT var repeat=true; // SET TO true TO REPEAT, false TO "TYPE" OUT TITLE ONLY ONCE. var index=0; function scrolltitle(){ if(index<=titletext.length){ document.title=titletext.substring(0, index); index++; setTimeout('scrolltitle()', 200); }else{ index=0; if(repeat)setTimeout('scrolltitle()', 1000); }} window.onload=function(){ if(!document.layers)setTimeout('scrolltitle()', 1000); }
Hello! No Ripping !
Tuesday, March 24, 2015 '
Iranian Nuclear
Mengapa kepemilikan senjata nuklir oleh Iran dilihat berbahaya bagi negara-negara Eropa dan Amerika bahkan dunia?

Dalam pandangan realis, sistem internasional bersifat anarki. Setiap negara akan selalu berusaha memenuhi kepetingan nasionalnya tanpa dapat mengharapkan bantuan dari negara lain. Negara akan selalu berorientasi untuk mencari power. Hal ini membuat terjadinya suatu keadaan bernama dilema keamanan, yaitu sebuah kondisi ketika sebuah negara meningkatkan militernya walaupun hanya bertujuan untuk pertahanan namun hal ini membuat negara lain akan merasa terancam. Dilema keamanan ini terjadi pada kasus Iran dengan negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Iran yang melakukan pengayaan nuklir membuat negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat merasa terancam. Berdasarkan konsep dilema keamanan tersebut muncul pertanyaan : Mengapa kepemilikan senjata nuklir oleh Iran dilihat berbahaya bagi negara-negara Eropa dan Amerika bahkan dunia? 
Sebelum menguraikan pembahasan lebih lanjut mengenai argumen yang ada, penulis akan memberikan penjelasan konsep mengenai dilema keamanan terlebih dahulu. Dilema keamanan dicetuskan pertama kali oleh Xenophon dan Thucydides yang beranggapan bahwa seorang aktor akan selalu merasa dilema antara satu dengan yang lainnya karena adanya sifat dasar manusia yang egois sehingga akan selalu berusaha untuk memenuhi kepentingannya tanpa melihat kepentingan orang lain. Lalu John Herz berpendapat bahwa manusia merupakan mahluk sosial dan saling membutuhkan. Namun, kontak sosial ini dapat menimbulkan kompetisi sosial, seperti mempertahankan SARA-nya. Maka dari itu, manusia akan selalu merasa saling curiga karena adanya rasa takut apabila – misal ras nya – akan didominasi oleh ras lain (Collins, 2000).
Jika para pendahulunya hanya menjelaskan dilema yang terjadi antara individu, Herbert Butterfield berpendapat bahwa dilema dapat terjadi dalam area yang lebih luas yaitu antar negara. Butterfiel mengungkapkan bahwa adanya uncertainty membuat statesmen akan menanggapi kebijakan yang dibuat oleh negara lain sebagai bentuk ancaman. Hal ini dikarenakan adanya rasa takut dan curiga bahwa negara lain memiliki intensi jahat sehingga kerjasama akan dihindari dan berujung pada konflik lalu akan meningkat menjadi perang (Collins, 2000).
Menurut Collins (2000), dilema keamanan setelah perang dingin memiliki 3 karakteristik yang saling berkaitan. Diawali dengan benign  intent dimana sebenarnya tidak ada aktor yang memiliki keinginan untuk menyerang, tindakan yang dilakukan hanya bertujuan untuk defensif saja. Tetapi adanya uncertainty of intent membuat intensi baik tersebut tidak diketahui oleh aktor yang lainnya sehingga aktor lain tidak dapat memastikan bahwa tindakan tersebut hanya dimaksudkan untuk defensif saja. Lalu muncullah paradoxical dimana aktor A menganggap hal tersebut tindakan defensif tetapi diartikan sebagai ofensif oleh aktor lainnya. Maka dari itu, aktor lain akan merasa terancam dengan tindakan yang dilakukan oleh aktor A.
Lalu mengapa aktivitas pengayaan nuklir Iran dapat mengancam? Kembali pada argumen pertama yang menyebutkan bahwa dari faktor domestiknya, mayoritas rezim-rezim yang berkuasa di Iran merupakan anti-Barat. Pada tahun 1984, walaupun aktivitas yang dilakukan rezim Khomeini tidak diwarnai oleh nuklir. Tetapi, rezim ini bersifat konfrontasional dan anti kekuatan Barat. Kebijakan yang dikeluarkan berisikan upaya-upaya untuk membebaskan negara-negara baik muslim maupun non-muslim dari kekuatan imperialis (Iran Masa Rowhani, 2013). Dilanjutkan oleh Mahmoud Ahmadinejad, Iran dikuasai oleh rezim yang bersifat asertif dan konfrontasional terhadap Barat. Hal ini terlihat dari kebijakan luar negeri Iran seperti yang ditulis oleh Kisacik (2012) :
1)    ‘Theory of Mehdeviyet’ (thought of Sect Leadership): The theoretical framework of the foreign policy is based on Tyrants and Oppressed.
2)    Some anti-Israeli statements such as Israel should be erased from the pages of history, Israel should be moved to Alaska and the Holocaust history is an exaggerated project of the history.
3)    The decision making mechanism of foreign policy is composed of velayate faqih / the institution of guidance (religious leader), soldiers (Revolutionary Guards) and radical conservative bureaucrats (the Hüccetiye group).
      Kebijakan dan politik luar negeri yang dibuat oleh Ahmadinejad ini memperlihatkan bahwa Iran merupakan negara yang tidak dapat bertanggungjawab dalam memiliki senjata nuklir. Dilihat dari kebijakan pertama, pemimpin Iran dapat menyalahgunakan kewenangan yang dimiliki karena adanya prinsip tirani dan memperbolehkan akan penindasan. Lalu kebijakan kedua dapat diasumsikan bahwa Iran ingin memiliki senjata nuklirnya sebagai cara untuk memperoleh kepentingannya, yaitu ingin mereduksi dominasi Amerika di Timur Tengah dengan memusnahkan Israel. Serta, dapat terlihat dari pengambilan keputusan yang dilakukan dengan tidak demokratis.
   Beranjak pada argumen kedua bahwa salah satu karakteristik dalam konsep dilema keamanan adalah adanya uncertainty of intent. Karakteristik ini membuat persepsi Amerika terhadap Iran memburuk dikarenakan sebuah negara revisionis melakukan pengayaan nuklir yang melebihi standar yang seharusnya. Negara revisionis merupakan negara yang tidak puas dengan status-quonya. Sifat ini membuat Iran ingin mendapatkan lebih dari apa yang sudah ditentukan sebelumnya.
   Bukti bahwa Iran melakukan pengayaan nuklir yang berlebihan diambil dari data dalam Nuclear Threat Initiative pada tahun 2006, Iran mulai meningkatkan produksi uraniumnya yang menyebabkan beberapa negara merasa bahwa Iran juga ingin membuat senjata nuklir. Padahal pada tahun 1970 Iran ikut menandatangani perjanjian NPT bahwa pengayaan nuklirnya hanya diperuntukan kepentingan damai. Iran yang tidak melaporkan pengayaan ini kepada International Atomic Energy Agency (IAEA) serta membuat ballistic missiles dan memiliki kemampuan untuk meluncurkan satelit tanpa pengawasan dari Missile Technology Control Regime (MTCR) menambah kecemasan dunia terhadap Iran (Albright & Stricker) .
Iran juga terbukti menyembunyikan aktivitas pengadaan nuklirnya seperti yang diungkapkan oleh National Council of Resistance of Iran (NCRI) bahwa pada tanggal 14 Agustus 2002 ditemukan fasilitas nuklir serta beberapa perusahaan yang mendukung pembuatan nuklir tersebut (Center, 2013). Pada November 2004, CIA juga mendapatkan informasi bahwa Iran sedang melakukan modifikasi terhadap rudal Shahab-3 sehingga dapat membawa hulu ledak nuklir. Iran juga membatalkan perjanjiannya dengan UE-3 pada Agustus 2005 dengan kembali melanjutkan produksi uranium serta mengabaikan resolusi yang diajukan oleh Dewan Keamanan PBB yang berisi tindakan-tindakan untuk mengurangi pengayaan nuklir yang dilakukan oleh Iran  (Farkan, A., Chaesario, Hapsari, & K.A, 2011).

Selain itu, tindakan-tindakan revisionis Iran juga terlihat dengan terlibatnya Iran dalam gerakan militansi timur tengah anti barat, Hezbollah, yang merupakan sebuah grup teroris berdasarkan data di daftar Foreign Terrorist Organizations menurut Departemen luar negeri Amerika  (Levitt, 2013). Iran juga menentang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh AS dan organisasi internasional lainnya mengenai isu nuklir dan ini membuat timbulnya persepsi buruk terhadap Iran dengan memasok senjata kepada para teroris dan bantuan kepada militan anti AS seperti Hamas  (Amer, 2014).
Kepemilikan senjata nuklir oleh Iran juga tidak hanya akan berdampak pada negara-negara Eropa dan Amerika. Tetapi, seperti pada argumen ketiga bahwa arm races dapat terjadi terutama di kawasan timur tengah. Ketika Iran memiliki senjata nuklir, tentu saja pertama hal ini dapat membuat rezim non-proliferasi nuklir terancam. Karena seperti tertulis dalam artikel keempat Nuclear Nonproliferation Treaty (“Nothing in this Treaty shall be interpreted as affecting the inalienable right of all the Parties to the Treaty to develop research, production and use of nuclear energy for peaceful purposes without discrimination and in conformity with articles I and II of this Treaty.”) bahwa pengayaan nuklir dilakukan hanya untuk tujuan damai.  Lalu, menurut  Hallinan (2013) dalam artikelnya di Counter Punch menjelaskan bahwa di dalam NPT terdapat larangan pembuatan senjata nuklir di dalam segala program pengayaan nuklir yang dilakukan oleh negara-negara yang menandatangani perjanjian ini.
Kedua, bagi bangsa Barat, kepemilikan senjata nuklir yang dimiliki oleh Iran dapat mengancam dominasi Barat dalam menjaga politik keamanan global. Negara-negara maju yang memiliki senjata nuklir membuat negara lainnya tentu enggan melakukan perlawanan karena mereka memiliki persenjataan yang lebih kuat. Tetapi, jika Iran juga memiliki senjata nuklir, ia bisa mengeluarkan ancaman agar negara Barat mau memenuhi kepentingan nasionalnya karena Iran memiliki persenjataan yang sama kuatnya. Hal inilah yang ditakuti oleh Amerika ketika hegemoninya akan berkurang dan status quo yang dimilikinya terancam.
Ketiga, kepemilikan senjata nuklir oleh Iran akan membuat terganggunya stabilitas dunia internasional. Negara-negara yang sebelumnya tidak dapat memiliki nuklir karena adanya rezim ini akan beranggapan bahwa, negaranya juga mampu memiliki nuklir seperti yang dilakukan oleh Iran. Namun, negara-negara terutama yang berada di kawasan timur tengah dianggap bahwa mereka masih belum memiliki tanggungjawab untuk dapat memiliki senjata pemusnah masal. Melihat situasi dan kondisi negara-negara timur tengah yang hingga kini masih belum stabil dan masih banyaknya konflik yang terjadi maka arm races bisa saja terjadi. Ketika suatu negara memiliki senjata nuklir tentu saja akan terjadi dilema keamanan bagi negara lainnya maka negara tersebut akan berusaha meningkatkan persenjataannya. Perlombaan senjata ini dapat terjadi kapanpun ketika negara lainnya merasa terancam dengan senjata yang dimiliki oleh negara tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari alasan mengapa kepemilikan senjata nuklir oleh Iran dilihat berbahaya bagi negara-negara Eropa dan Amerika bahkan dunia adalah : Pertama, dilihat dari faktor internal negara Iran sendiri dimana rezim-rezim yang berkuasa di Iran bersifat konfrontasional dan anti-barat. Kedua, berdasarkan konsep dilema keamanan bahwa adanya uncertainty of intent membuat Amerika dan negara lainnya tidak memiliki kepastian dengan segala sesuatu yang dilakukan Iran. Maka dari itu, ketika Iran melakukan pengayaan nuklir melebihi standar yang sudah disepakati menimbulkan munculnya persepsi buruk terhadap tindakan Iran. Ketiga, ketika Iran dapat memiliki senjata nuklir maka hal ini akan membuat negara lainnya khususnya di kawasan timur tengah akan ikut memiliki senjata nuklir dan alhasil arm races tidak dapat terhindarkan ketika konflik terjadi di antara negara-negara tersebut.

Referensi :
Albright, D., & Stricker, A. (n.d.). Iran's Nuclear Program. Retrieved June 2014, from UNITED STATES INSTITUTE OF PEACE: http://iranprimer.usip.org/resource/irans-nuclear-program
Amer, A. A. (2014, March 24). Iran resumes monetary aid to Hamas. Retrieved June 2014, from ALMONITOR: http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2014/03/iran-hamas-finance-economy-resistance-axis-gaza.html#
Arms Control Association. (2012, August). The Nuclear Nonproliferation Treaty (NPT) at a Glance. Retrieved June 2014, from Arms Control Association: http://www.armscontrol.org/factsheets/nptfact
Asrudin. (n.d.). Isu Nuklir Iran dan Dilema Keamanan. Retrieved May 2014, from Iran Indonesian Radio: http://indonesian.irib.ir/artikel1/-/asset_publisher/7xTQ/content/isu-nuklir-iran-dan-dilema-keamanan/pop_up
Center, J. M. (2013, November). Iran Nuclear. Retrieved May 2014, from Nuclear Threat Initiative: http://www.nti.org/country-profiles/iran/nuclear/
Collins, A. (2000). Introduction: Evolution of the Security Dilemma. In A. Collins, The Security Dilemmas of Southeast Asia (pp. 1-28). London: MacMillan Press.
Farkan, A., A., Y. K., Chaesario, R., Hapsari, E., & K.A, W. (2011, July). ANALISIS KEBIJAKAN PROLIFERASI NUKLIR IRAN MASA KEPEMIMPINAN AHMADINEJAD.
Hallinan, C. (2013, December 5). Iran and the Non-Proliferation Treaty. Retrieved June 2014, from Counter Punch: http://www.counterpunch.org/2013/12/05/iran-and-the-non-proliferation-treaty/
Iran Masa Rowhani. (2013, June 20). Retrieved June 2014, from SINAR HARAPAN: http://cetak.shnews.co/web/read/2013-06-20/13925/iran.masa.rowhani#.U5SBGvmSzQo
Kisacik, S. (2012, July). NUCLEAR PROGRAM OF THE ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN: A COMPARISON ON KHOMEINI AND AHMADINEJAD TERMS. Retrieved June 2014, from Politika Akademisi: http://politikaakademisi.org/nuclear-program-of-the-islamic-republic-of-iran-a-comparison-on-khomeini-and-ahmadinejad-terms/
Levitt, M. (2013). The Hezbollah Connection in Syria and Iran. Interview with B. Gwertzman. Council on Foreign Relations. February 15, 2013. Retrieved June, 2014, from http://www.cfr.org/iran/hezbollah-connection-syria-iran/p30005
Pratama, T. A. (2008). Retrieved May 2014, from http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/118799-T%2025107%20-%20Kebijakan%20nuklir-Analisis.pdf
Shirazi, N., & Cullis, T. (2014, February 27). Fruits of Iran's Revolution. Retrieved June 2014, from Truthout: http://truth-out.org/news/item/22118-fruits-of-irans-revolution
THE TREATY ON THE NON-PROLIFERATION OF NUCLEAR WEAPONS (NPT). (n.d.). Retrieved June 2014, from Nuclear Threat Initiative: http://www.nti.org/media/pdfs/aptnpt.pdf?_=1316547167&_=1316547167











Me

Gisela Bianca
I LOVE to be ME
a Saggitarius Girl
International Relations student ;
was 'OSIS 08' Marie Joseph JHS ;
was VLODZ announcer ;
was BVOICE announcer ;
Belieber since July 2009
YOLO


Cravings
Last update:

Beloved
Click Here to See

♥♥

Sorry if i miss out you; tag me


Confession here !


Special Thanks To :
KaCaangs !
Vita Chandra
Michael Adam
Agnes Trismuria
Cynthia
Vanessa Jacobus