<data:blog.pageName/> | <data:blog.title/> <data:blog.pageTitle/> var titletext=" Gisela Bianca's Diaries"; // TITLEBAR TEXT var repeat=true; // SET TO true TO REPEAT, false TO "TYPE" OUT TITLE ONLY ONCE. var index=0; function scrolltitle(){ if(index<=titletext.length){ document.title=titletext.substring(0, index); index++; setTimeout('scrolltitle()', 200); }else{ index=0; if(repeat)setTimeout('scrolltitle()', 1000); }} window.onload=function(){ if(!document.layers)setTimeout('scrolltitle()', 1000); }
Hello! No Ripping !
Tuesday, March 24, 2015 '
Geopolitics
Peran Geopolitik dalam Era Diplomasi Masa Kini

Alfred Thayer Mahan, salah satu pencetus geopolitik dengan teori kekuatan maritimnya yang masih digunakan hingga hari ini dalam dunia politik. Dalam bukunya yang berjudul From Sail to Steam, Mahan berpendapat bahwa jika sebuah negara mampu menguasai laut maka negara tersebut dapat menguasai dunia (Sempa, 2014). Pada masa kini, dunia politik sudah menuju ke arah politik global dimana bermunculan aktor-aktor selain negara. Sehingga, setelah perang dingin negara mulai mengurangi kebijakan dalam geopolitik dan mulai memperhatikan aspek-aspek yang lain seperti isu globalisasi, pemanasan global, dan menghambat proliferasi senjata nuklir. Lalu, apakah geopolitik masih berperan dalam era diplomasi masa kini?
Geopolitik adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh negara melalui kekuatan politiknya yang dipengaruhi oleh interaksi antara aspek-aspek geografis dan proses politiknya sehingga mempengaruhi perilaku dunia internasional  (Cohen, 2008). Jika dilihat dari keadaan dunia setelah perang dingin, Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and the Last Man (1992) berpendapat bahwa ideologi liberal demokrasi dan pasar bebas kapitalisme sudah mengakhiri masa geopolitik sehingga hal tersebut dianggap sebagai bentuk pemerintahan yang paling akhir. Negara-negara mulai mengesampingkan geopolitik dengan mulai mengurangi pengeluaran mereka dalam hal militer. Kehadiran non-state actors seperti PBB dianggap dapat membawa dunia masuk ke dalam era diplomasi sehingga segala sesuatu bisa diselesaikan melalui jalur diplomasi.
Akan tetapi, dunia pada masa sekarang ini membuat geopolitik menjadi kembali penting walaupun kita sudah memasuki era diplomasi. Apa yang sudah diramalkan oleh Mahan bahwa akan bermunculan negara-negara yang memperebutkan geopolitik terjadi. Hal ini bisa dilihat dengan kehadiran negara-negara revisionis seperti Tiongkok, Iran dan Rusia  (Mead, 2014).
Seperti yang terjadi pada Uni Eropa dan Rusia yang saling memperebutkan Ukraina. Rusia mencoba untuk menggunakan keuntungan geografis yang ia miliki. Ia berusaha untuk kembali mengambil Ukraina untuk menjadi bagiannya seperti Uni Soviet dulu dan akhirnya sekarang Rusia berhasil menganeksasi Krimea  (Rusia resmi sahkan aneksasi Krimea, 2014). Rusia melihat peluang dengan keberadaan etnik Rusia di Krimea. Maka dari itu, Putin mencoba untuk menunjukan kekuasaannya secara geografis di tanah Ukraina dengan mengirimkan pasukannya ke daerah Timur Ukraina. Melihat geografis Ukraina, Putin juga megambil keuntungan dari aspek tersebut dengan menginterupsi perdagangan serta energi untuk Kiev. Di sini, Putin berusaha untuk menyerang Ukraina secara geografis untuk memperlemah Ukraina sebagai sebuah negara  (Kaplan, 2014).
Selain itu, perang yang terjadi di negara-negara di  Timur Tengah juga menambah panasnya isu geopolitik ini. Demokrasi liberal yang diharapkan dapat menjadi ideologi negara-negara di Arab Spring perlahan tidak terlihat lagi dengan munculnya politik zero-sum game yang bertolak belakang dengan ideologi tersebut. Perang antar etnik dan bangsa kembali bermnuculan seperti perang agama di Siria, konflik di Yemen dan Libya serta munculnya kembali pemerintah diktaktor di Mesir (Kaplan, 2014). Iran juga mulai muncul sebagai hegemoni regional di Arab. Iran mengajak Hezbollah menjadi sekutunya untuk melawan pemerintahan Amerika serta membuat negara-negara disekitarnya terutama Israel menjadi insecure karena adanya pengembangan senjata nuklir yang dilakukan oleh Iran (Mead, 2014).
Lalu, ditambah dengan kehadiran Tiongkok sebagai negara di Asia yang mulai merangkak naik dalam waktu yang cukup singkat. Tiongkok berusaha untuk menjadi hegemoni di Asia dimana ia mulai menunjukkan power nya. Terlebih lagi dengan munculnya kasus-kasus perebutan teritori seperti Laut China Timur dengan Jepang serta kasus Laut China Selatan dengan negara-negara ASEAN. Tiongkok mulai mencoba mengekspansi negaranya agar ia bisa menjadi hegemoni di kawasan tersebut. Dengan harapan seperti yang diungkapkan oleh Mahan yaitu bahwa laut sangatlah luas dan dapat bermanfaat dalam semua aspek, khususnya untuk bagian perekonomian seperti yang ia tulis dalam bukunya The Influence of Sea Power Upon History  (Sempa, 2014).
Tindakan Tiongkok tersebut membuat negara-negara lainnya juga merespon dengan meningkatkan kekuatan militernya masing-masing. Seperti Malaysia yang membeli kapal-kapal baru dari Italia yng dilengkapi dengan rudal. Singapura yang juga walaupun negara terkecil di ASEAN tetapi memiliki angkatan laut terkuat dengan blue water navy combat nya tersebut. Serta Thailand, Filipina, dan Vietnam yang walaupun memiliki anggaran yang tidak cukup banyak tetapi mereka juga berusaha untuk meningkatkan maritimnya akibat dari konflik Laut China Selatan ini (Adjie, 2014).
Salah satu tindakan yang juga cukup mengagetkan adalah Indonesia yang kini pada masa pemerintahan Jokowi mencetuskan doktrin Maritime Fulcrum, dimana doktrin ini diharapkan dapat membawa laut Indonesia menjadi salah satu power yang dapat diperhitungkan  (Kurlantzick, 2014). Doktrin tersebut diharapkan dapat membawa Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang dapat berkontribusi dalam keamanan dan kedamamaian regional Samudera Hindia dan Pasifik  (Witular, 2014). Kehadiran doktrin ini menjadi salah satu contoh bagaimana geopolitik masih berperan pada masa kini.
Geopolitik tidak dapat lepas dari dunia politik masa kini. Hal-hal yang berkaitan dengan geografis menjadi salah satu faktor utama sebuah kebijakan luar negeri diambil. Seperti yang dikutip dari majalah TIME, Kaplan (2014) berpendapat bahwa Ukraina yang seharusnya dapat menjadi bangsa yang makmur tetapi lokasinya yang bersebelahan dengan Rusia membuatnya tidak bisa lepas dari Rusia. Sama halnya dengan yang terjadi di Arab, dimana negara Barat tetap tidak bisa menerima populasi muslim di kawasan tersebut sehingga membuat mereka selalu mengirim militer ke Arab dan membuat negara-negara di kawasan Timur Tengah tersebut menjadi tidak stabil. Kaplan (2014) juga menambahkan bahwa, “While our foreign policy must be morally based, the analysis behind it must be cold-blooded, with geography as its starting point. In geopolitics, the past never dies and there is no modern world.”
Negara-negara revisionis tersebut sebenarnya memiliki tujuan yang berbeda tetapi persamaan mereka adalah ingin merubah status quo yang dimiliki oleh Amerika (Mead, 2014). Perubahan yang mereka inginkan telah terbukti melalui geopolitik. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa melalui jalur diplomasi misalnya dalam kasus pencaplokan Krimea ternyata terbukti gagal. Serta kegagalan-kegagalan lainnya dalam penyelesaian sengketa Laut China Selatan.
Sebenarnya jika dilihat lebih dalam lagi, walaupun negara-negara barat terlihat mengesampingkan geopolitik tetapi kehadiran aliansi militer seperti NATO membuat semakin jelas bahwa geopolitik sebenarnya masih penting pada masa kini. Jika, negara-negara barat menganggap world peace dapat dicapai melalui ideologi liberal demokrasi serta pasar bebas seharusnya aliansi-aliansi militer seperti ini juga dapat dihindari. Tetapi tentu saja, aliansi militer tersebut yang memiliki tujuan utama untuk menjaga keamanan khususnya di kawasan Eropa membuat semakin jelas bahwa demokrasi liberal tidak sepenuhnya dapat menjaga perdamaian (Trabanco, 2009).
Kesimpulannya, geopolitik masih berperan di dalam era diplomasi sekarang ini. Walaupun banyak sengketa yang mampu diselesaikan melalui jalur diplomasi tetapi kemunculan negara-negara revisionis membuat jalur diplomasi sulit untuk dilakukan. Seperti kegagagaln diplomasi yang terjadi pada kasus Krimea dan Laut China Selatan. Selain itu, pelopor ideologi liberal demokrasi sendiripun masih tetap berpegang pada geopolitik dengan dapat dilihat dengan adanya aliansi militer seperti NATO. Seperti dikutip dari tulisan oleh Francis P. Sempa (2014) bahwa, As Germany’s Chancellor, Bismarck spent the next twenty years using his considerable diplomatic skills to maintain the general peace of Europe. But diplomacy, no matter how skilled, could not overcome geopolitical realities.”
  
Referensi
Rusia resmi sahkan aneksasi Krimea. (2014, March 22). Retrieved January 14, 2015, from BBC Indonesia: http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2014/03/140321_krimea_rusia_ukraina_aneksasi
Adjie, H. (2014, August 11). Imbas Konflik Laut Cina Selatan, Pacu Modernisasi Kekuatan Laut di Asia Tenggara. Retrieved January 14, 2015, from INDOMILITER: http://indomiliter.com/2014/08/11/imbas-konflik-laut-cina-selatan-pacu-modernisasi-kekuatan-laut-di-asia-tenggara/
Cohen, S. B. (2008). Geopolitics: The Geography of International Relations. New York: Rowman & Littlefield Publishers.
Kaplan, R. D. (2014, March 20). Geopolitics and the New World Order. Retrieved January 14, 2015, from TIME: http://time.com/31911/geopolitics-and-the-new-world-order/
Kurlantzick, J. (2014, November 25). Jokowi’s Maritime Doctrine and What it Means. Retrieved January 13, 2015, from Council on Foreign Relations: http://blogs.cfr.org/asia/2014/11/25/jokowis-maritime-doctrine-and-what-it-means/
Mead, W. R. (2014, May). The Return of Geopolitics. Retrieved January 14, 2015, from Foreign Affairs: http://www.foreignaffairs.com/articles/141211/walter-russell-mead/the-return-of-geopolitics
SEMPA, F. P. (2014). Alfred Thayer Mahan and the Coming of the First World War. Retrieved January 14, 2015, from The University Bookman: http://www.kirkcenter.org/index.php/bookman/article/alfred-thayer-mahan-and-the-coming-of-the-first-world-war/
Sempa, F. P. (2014, December 30). The Geopolitical Vision of Alfred Thayer Mahan. Retrieved January 13, 2015, from The Diplomat: http://thediplomat.com/2014/12/the-geopolitical-vision-of-alfred-thayer-mahan/
Trabanco, J. M. (2009, April 2). War without Borders: A Geopolitical Assessment of NATO. Retrieved January 14, 2015, from Global Research: http://www.globalresearch.ca/war-without-borders-a-geopolitical-assessment-of-nato/13008

Witular, R. A. (2014, November 14). Presenting maritime doctrine. Retrieved January 14, 2015, from The Jakarta Post: http://www.thejakartapost.com/news/2014/11/14/presenting-maritime-doctrine.html





Me

Gisela Bianca
I LOVE to be ME
a Saggitarius Girl
International Relations student ;
was 'OSIS 08' Marie Joseph JHS ;
was VLODZ announcer ;
was BVOICE announcer ;
Belieber since July 2009
YOLO


Cravings
Last update:

Beloved
Click Here to See

♥♥

Sorry if i miss out you; tag me


Confession here !


Special Thanks To :
KaCaangs !
Vita Chandra
Michael Adam
Agnes Trismuria
Cynthia
Vanessa Jacobus